BUMDesa (Badan Usaha Milik Desa) merupakan amanat dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. BUMDesa yakni badan perjuangan yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
Apakah itu untuk menggali potensi desa, ataukah menyelenggarakan kegiatan seperti simpan pinjam yang berupa koperasi atau kegiatan perjuangan lainnya sesuai dengan kondisi riil desa dalam arti menyesuaikan potensi-potensi apa saja yang bisa dikelola dan lalu diangkat untuk dikelola oleh BUMDesa.

Pengertian aset desa menurut ketentuan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 1 tahun 2016 ihwal Pengelolaan Aset Desa, "Aset Desa yakni barang milik Desa yang berasal dari kekayaan asli milik Desa, dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa) atau perolehan Hak lainnya yang sah." Makara terang bahwa aset desa merupakan murni properti milik desa.

Dalam hal pengelolaan aset desa, aktivitas-kegiatannya mencakup perencanaan, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan, pengamanan, pemeliharaan, penghapusan, pemindahtanganan, penatausahaan, pelaporan, evaluasi, pelatihan, pengawasan, dan pengendalian aset desa. Semua ini ialah rangkaian dari pengelolaan aset desa.

Adapun jenis aset desa sesuai Pasal 2 Permendagri Nomor 1 tahun 2016 terdiri atas:
  1. Kekayaan orisinil desa;
  2. Kekayaan milik desa yang dibeli atau diperoleh atas beban APBDesa;
  3. Kekayaan desa yang diperoleh dari hibah dan pertolongan atau yang sejenis;
  4. Kekayaan desa yang diperoleh sebagai pelaksanaan dari perjanjian/kontrak dan/atau diperoleh berdasarkan ketentuan peraturan undang-undang;
  5. Hasil kolaborasi desa; dan
  6. Kekayaan desa yang berasal dari perolehan lain yang sah.
Dari sini kemudian, dalam hal tata kelola aset desa melalui BUMDesa penulis ingin membahas dan menyinggung perbedaan yang secara umum antara BUMDesa dengan BUMN maupun BUMD. BUMDesa sendiri memiliki aksara khusus terkait pendiriannya, ini bisa kita lihat dalam Pasal 88 UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang menyebutkan dalam ayat (1) berbunyi: "Pendirian BUMDesa disepakati melalui Musyawarah Desa" dan ayat (2) "Pendirian BUMDesa sebagaimana dimaksud ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa”.

Jika kita jabarkan sifatnya ada beberapa catatan penulis dalam hal ini, mengenai apa yang lalu menjadi perbedaan antara BUMDesa dengan BUMN maupun BUMD.

Pertama, BUMN berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 adalah tubuh perjuangan yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara eksklusif yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan. BUMN mampu pula berupa perusahaan nirlaba yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup khalayak luas, baik dalam bentuk barang atau jasa.

Sejak tahun 2001 seluruh entitas BUMN berada di bawah pengawasan dan pengelolaan Kementerian BUMN yang dipimpin oleh Menteri BUMN. BUMN di Indonesia berbentuk perusahaan perseroan, perusahaan umum, dan perusahaan jawatan.

Kedua, BUMD ialah perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh pemerintah daerah. Kewenangan pemerintah kawasan membentuk dan mengelola BUMD ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000 perihal Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai Daerah Otonom. Salah satu cirinya ialah pemerintah daerah memegang hak atas segala kekayaan dan perjuangan dan didirikan oleh Peraturan Daerah (Perda).

Makara perbedaan yang mencolok di sini terkait pendiriannya. Pertama, BUMN statusnya merupakan perseroan yang mana didirikan harus melalui sertifikat notaris dan didaftarkan ke Kementerian Hukum dan HAM. Begitu juga dengan BUMD di Indonesia berbentuk Perseroan Terbatas (PT) maupun Perusahaan Daerah (PD) yang mana berbentuk tubuh aturan yang didaftarkan di Kemenkumham dan keduanya dipimpin oleh direksi.

Kemudian menjadi sedikit pembeda terhadap BUMDesa karena BUMDesa merupakan tubuh usaha yang pembentukannya diusulkan melalui musyawarah desa, sesuai amanat UU nomor 6 tahun 2014 ihwal Desa. Jadi tidak ada syarat khusus terkait pembentukan tubuh perjuangan milik desa ini harus berbadan aturan tetapi unit-unitnya mampu dibuat berbadan aturan, semisal dari unit lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDesa dan masyarakat sesuai Pasal 7 Peraturan Menteri Desa nomor 4 tahun 2015.

Selanjutnya BUMDesa memiliki beberapa penjabaran antara lain seperti Usaha Bersama, lembaga mediator apakah itu berbentuk Koperasi atau sebagai lembaga mediator mirip sebagai penghubung komoditas pertanian dengan pasar atau biar para petani tidak kesulitan menjual produk mereka ke pasar. Itu semua tergantung kebutuhan desa itu sendiri. Bisa dikatakan BUMDesa ini menjadi semacam jasa pelayanan untuk melayani dan membantu kebutuhan masyarakat di pedesaan.

Kemudian yang menjadi catatan penting ialah dalam hal pengelolaan aset desa melalui BUMDes. Terkait hal ini sangat diperlukan BUMDesa bisa turut serta membantu penyelenggaraan Pemerintahan Desa, khususnya untuk membantu dalam hal pengelolaan aset desa, dan juga untuk memenuhi kebutuhan masyarakat desa demi kesejahteraan masyarakat desa.

Kemudian BUMDesa juga mampu melaksanakan fungsi pengembangan ekonomi masyarakat setempat apakah dalam meningkatkan sumber pendapatan desa ataupun BUMDesa sebagai forum yang menghimpun tabungan dalam skala lokal masyarakat desa, antara lain dengan pengelolaan dana bergulir dan simpan pinjam.

Adapun yang harus diingat yaitu organisasi pengelola BUMDesa terpisah dari organisasi pemerintahan desa yang mana susunan kepengurusannya diatur dalam Pasal 10 Permendes Nomor 4 tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengelolaan dan Pembubaran BUMDesa adalah terdiri dari:
  1. Susunan kepengurusan organisasi pengelola BUMDesa terdiri dari;
    1. Penasihat;
    2. Pelaksana Operasional; dan
    3. Pengawas;
  2. penamaan susunan kepengurusan organisasi sebagaimana dimaksud di atas dapat memakai penyebutan nama setempat yang dilandasi semangat kekeluargaan dan bersama-sama;
Artinya, terkait penamaan susunan kepngurusan organisasi dapat memakai penyebutan atau nama sesuai nama setempat dengan janji pengurus.

Terakhir, sebagai catatan mengenai hal tata kelola aset desa melalui BUMDesa. Sumber permodalan BUMDesa sebagian besar lewat dana desa, yang menjadi perhatian yakni kepada pengelola/pengurus BUMDesa harus me-manage keuangan secara profesional. Apabila salah kelola dan kemudian terdapat indikasi penyalahgunaan terkait dana tersebut, ya berakibat fatal. Saran penulis harus tetap berpedoman kepada Permendagri Nomor 1 tahun 2016 wacana Pengelolaan Aset Desa, di samping mengelola lewat BUMDesa. ***
Diberdayakan oleh Blogger.
 
Top